Ekologi Perairan merupakan
cabang ilmu mengenai lingkungan yang fokus mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik
antara organisme di perairan dengan lingkungannya. Ekologi Perairan memiliki
peranan dalam upaya penangkapan ikan. Jika terjadi perubahan ekologis di suatu
daerah atau badan perairan, maka akibatnya ketersediaan produk perikanan
sebagai modal utama nelayan juga akan berubah. Selain itu perubahan ekologis
tersebut juga akan mempengaruhi pendapatan nelayan yang berujung pada
peningkatan biaya dalam mengakses sumberdaya. Kondisi wilayah pesisir yang
mengalami perubahan ekologis dan iklim yang semakin ekstrim akan menggeser area
penangkapan ikan (fishing ground).Hal
ini akan menyebabkan biaya produksi untuk mencari ikan yang dilakukan oleh
nelayan akan naik yang pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan ekonomi
nelayan berupa penurunan pendapatan, penurunan keuntungan dalam bisnis
perikanan, penurunan akses terhadap area tangkap yang produktif dan penurunan
jumlah tangkapan produk perikanan. Pada umumnya, bentuk perubahan ekologis yang
dialami oleh nelayan berupa perubahan pada ekosistem mangrove dan perubahan
ekosistem pada terumbu karang. Perubahan ekologis yang terjadi pada suatu
wilayah pesisir terjadi karena munculnya pelabuhan-pelabuhan khusus di kawasan
pesisir akibat berkembangnya pertambangan batubara, pembukaan tambak udang dan
bandeng oleh masyarakat, penebangan liar, dan pendirian pemukiman-pemukiman di
kawasan tersebut. Perubahan ekologis di kawasan pesisir berpengaruh pada kehidupan
masyarakat nelayan. Dampak sosial-ekonomi yang dirasakan oleh nelayan antara
lain yaitu menurunnya keanekaragaman ikan, hilangnya substrat, hilangnya mata
pencaharian masyarakat, dan menurunnya kesempatan berusaha. Sebagian besar
nelayan memiliki adaptasi dalam mengatasi perubahan ekologis di wilayahnya yang
sifatnya reaktif berupa strategi adaptasi yang dilakukan nelayan antara lain
yaitu strategi penganekaragaman sumber pendapatan,strategi penganekaragaman
alat tangkap, strategi mengubah daerah penangkapan (fishing ground), strategi memanfaatkan hubungan social, dan
strategi memobilisasi anggota keluarga. Hal ini diperkuat oleh Badjeck et al. dalam Helmi dan Arif (2012) yang
menyatakan bahwa perubahan ekologis yang terjadi di laut dapat menyebabkan
perubahan terhadap ketersediaan produk perikanan sebagai modal utama nelayan.
Selain itu juga dapat mempengaruhi pendapatan nelayan dan berujung pada
peningkatan biaya dalam mengakses sumberdaya.
Nelayan asli pada umumnya
bergantung secara ekologi pada jenis ikan tangkap, ukuran ikan, dan jumlah ikan
tangkap terutama ikan yang memiliki ekonomis. Faktor ekologi lain yang membuat
ketergantungan nelayan asli adalah perubahan iklim lokal seperti angin,
gelombang, dan cuaca buruk. Pola ketergantungan ini umumnya berdampak negatif
terhadap ketahanan ekonomi nelayan asli. Perubahan ekologi lingkungan alam
lokal akan mempengaruhi penurunan jumlah tangkapan yang berdampak pada
penurunan penghasilan sehingga mengancam ketahanan sosial ekonomi masyarakat
nelayan. Sebagian besar nelayan tradisional sangat dipengaruhi oleh musim
penangkapan dan daerah penangkapan. Musim penangkpan nelayan asli dikenal
dengan dua musim yaitu musim bulan purnama dan musim bukan bulan purnama (bulan
gelap). Jika penangkapan dilakukan pada musim gelap maka hasil yang didapatkan
akan meningkat dan begitu sebaliknya. Akan tetapi kondisi ini bersifat
situsional dikarenakan pola iklim yang berubah-ubah yang menyebabkan musim
penangkapan asli tidak menentu.. Sementara itu untuk daerah penangkapan nelayan
asli dipengaruhi oleh jenis armada yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
nelayan di suatu wilayah pesisir tertentu. Hal ini diperkuat oleh Marfiani dan
Aditama dalam Runtuboi et al (2015) yang menyatakan bahwa perubahan ekologi
lingkungan alam lokal akan mempengaruhi penurunan jumlah tangkapan yang
berdampak pada penurunanpenghasilan sehingga mengancam ketahanan sosial ekonomi
masyarakat nelayan.
Perubahan ekologi yang
sering diperhatikan oleh sebagian besar nelayan salah satunya adalah ekologi
hutan mangrove. Ekosistem mangrove memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi,
dan sosial-budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi mangrove meliputi tempat
sekuestrasi karbon, remidiasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari
abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga kealamian habitat,
menjadi tempat bersarang, pemijahan, dan pembesaran berbagai jenis ikan, udang,
kerang, burung, dan fauna lain. Jenis ikan yang menggunakan mangrove sebagai
tempat berkembang biak dan membesarkan anak masih banyak ditangkap oleh nelayan
di tepian pantai maupun di lepas pantai dengan nilai ekonomi yang tinggi.
Mangrove merupakan area pembibitan yan penting bagi udang dan kepiting
komersial. Kawasan mangrove sangat diperlukan untuk perikanan pantai di daerah
tropik. Habitat ini merupakan tempat persembunyian utama dan tempat mencari
makan berbagai ikan dan kerang komersial yang penting. Pembabatan mangrove
dapat menyebabkan hancurnya perikanan pantai secara permanen, sehingga harus
ada perhatian khusus untuk membentuk hutan mangrove. Hal ini diperkuat oleh
Setyawan dan Kusumo (2006) yang menyatakan bahwa ikan yang menggunakan mangrove sebagai
habitat tetap relatif terbatas, namun sejumlah besar ikan dan spesies laut
menggunakan mangrove sebagai tempat berkembangbiak dan membesarkan anak.
Ikan-ikan ini banyak ditangkap nelayan di tepian pantai maupun di lepas pantai
dengan nilai ekonomi tinggi.
Perbaikan dan pembangunan
ekologi perairan di suatu wilayah perairan harus tetap dilakukan dan diberikan
perhatian khusus agar terciptanya upaya kegiatan penangkapan ikan yang lestari
dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. Dalam hal ini perbaikan dan
pembangunan ekologi perairan di suatu wilayah perairan melibatkan masyarakat
dan pihak-pihak yang berwenang dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung perairan
yang akan berdampak pada terciptanya ruang ekologi yang memugkinkan
bertambahnya stok ikan yang nantinya akan bisa dimanfaatkan dalam kegiatan
penagkapan. Pelibatan masyarakat ini harus didasarkan pada kekuatan cinta
bahari, sehingga upaya perbaikan ekosistem dapat berjalan dengan baik dan mampu
menciptakan lapangan pekerjaan yang baru untuk masyarakat sekitar wilayah
pesisir. Hal ini diperkuat oleh McClenachan dalam Romadhon (2014) yang
menyatakan bahwa Perbaikan ekosistem perairan dengan melibatkan masyarakat,
mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya dukung perairan yang akan berdampak
pada terciptanya ruang ekologi yang memungkinkan bertambahnya stok ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Alfian dan Arif Satria. 2012.
Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan Ekologis. Makara, Sosial
Humaniora. 16 (1) : 68-78.
Romadhon, Agus. 2014. Strategi
Konservasi Pulau Kecil melalui Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus
Pulau Gili Labak, Sumenep). Jurnal Kelautan. 7 (2) : 86-93.
Runtuboi, Ferawati. Farida Aprilia
Loinenak. Fanny Fransina Simataw. Yehiel Hendry Dasmasela. 2015. Analisis
Ekologi Perikanan sebagai Indikator Kerentanan Nelayan Asli Papua Kabupaten
Manokwari, Papua Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (3) :
213-222.
Setyawan, Ahmad Dwi dan Kusumo
Winarno. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan
Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Biodiversitas. 7 (3) :
282-291.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar