Rabu, 21 November 2018

PERANAN EKOLOGI PERAIRAN DI DALAM UPAYA PENANGKAPAN IKAN YANG LESTARI DAN BEKELANJUTAN


Ekologi Perairan merupakan cabang ilmu mengenai lingkungan yang fokus mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di perairan dengan lingkungannya. Ekologi Perairan memiliki peranan dalam upaya penangkapan ikan. Jika terjadi perubahan ekologis di suatu daerah atau badan perairan, maka akibatnya ketersediaan produk perikanan sebagai modal utama nelayan juga akan berubah. Selain itu perubahan ekologis tersebut juga akan mempengaruhi pendapatan nelayan yang berujung pada peningkatan biaya dalam mengakses sumberdaya. Kondisi wilayah pesisir yang mengalami perubahan ekologis dan iklim yang semakin ekstrim akan menggeser area penangkapan ikan (fishing ground).Hal ini akan menyebabkan biaya produksi untuk mencari ikan yang dilakukan oleh nelayan akan naik yang pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan ekonomi nelayan berupa penurunan pendapatan, penurunan keuntungan dalam bisnis perikanan, penurunan akses terhadap area tangkap yang produktif dan penurunan jumlah tangkapan produk perikanan. Pada umumnya, bentuk perubahan ekologis yang dialami oleh nelayan berupa perubahan pada ekosistem mangrove dan perubahan ekosistem pada terumbu karang. Perubahan ekologis yang terjadi pada suatu wilayah pesisir terjadi karena munculnya pelabuhan-pelabuhan khusus di kawasan pesisir akibat berkembangnya pertambangan batubara, pembukaan tambak udang dan bandeng oleh masyarakat, penebangan liar, dan pendirian pemukiman-pemukiman di kawasan tersebut. Perubahan ekologis di kawasan pesisir berpengaruh pada kehidupan masyarakat nelayan. Dampak sosial-ekonomi yang dirasakan oleh nelayan antara lain yaitu menurunnya keanekaragaman ikan, hilangnya substrat, hilangnya mata pencaharian masyarakat, dan menurunnya kesempatan berusaha. Sebagian besar nelayan memiliki adaptasi dalam mengatasi perubahan ekologis di wilayahnya yang sifatnya reaktif berupa strategi adaptasi yang dilakukan nelayan antara lain yaitu strategi penganekaragaman sumber pendapatan,strategi penganekaragaman alat tangkap, strategi mengubah daerah penangkapan (fishing ground), strategi memanfaatkan hubungan social, dan strategi memobilisasi anggota keluarga. Hal ini diperkuat oleh Badjeck et al. dalam Helmi dan Arif (2012) yang menyatakan bahwa perubahan ekologis yang terjadi di laut dapat menyebabkan perubahan terhadap ketersediaan produk perikanan sebagai modal utama nelayan. Selain itu juga dapat mempengaruhi pendapatan nelayan dan berujung pada peningkatan biaya dalam mengakses sumberdaya.
Nelayan asli pada umumnya bergantung secara ekologi pada jenis ikan tangkap, ukuran ikan, dan jumlah ikan tangkap terutama ikan yang memiliki ekonomis. Faktor ekologi lain yang membuat ketergantungan nelayan asli adalah perubahan iklim lokal seperti angin, gelombang, dan cuaca buruk. Pola ketergantungan ini umumnya berdampak negatif terhadap ketahanan ekonomi nelayan asli. Perubahan ekologi lingkungan alam lokal akan mempengaruhi penurunan jumlah tangkapan yang berdampak pada penurunan penghasilan sehingga mengancam ketahanan sosial ekonomi masyarakat nelayan. Sebagian besar nelayan tradisional sangat dipengaruhi oleh musim penangkapan dan daerah penangkapan. Musim penangkpan nelayan asli dikenal dengan dua musim yaitu musim bulan purnama dan musim bukan bulan purnama (bulan gelap). Jika penangkapan dilakukan pada musim gelap maka hasil yang didapatkan akan meningkat dan begitu sebaliknya. Akan tetapi kondisi ini bersifat situsional dikarenakan pola iklim yang berubah-ubah yang menyebabkan musim penangkapan asli tidak menentu.. Sementara itu untuk daerah penangkapan nelayan asli dipengaruhi oleh jenis armada yang digunakan sesuai dengan kebutuhan nelayan di suatu wilayah pesisir tertentu. Hal ini diperkuat oleh Marfiani dan Aditama dalam Runtuboi et al (2015) yang menyatakan bahwa perubahan ekologi lingkungan alam lokal akan mempengaruhi penurunan jumlah tangkapan yang berdampak pada penurunanpenghasilan sehingga mengancam ketahanan sosial ekonomi masyarakat nelayan.
Perubahan ekologi yang sering diperhatikan oleh sebagian besar nelayan salah satunya adalah ekologi hutan mangrove. Ekosistem mangrove memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi mangrove meliputi tempat sekuestrasi karbon, remidiasi bahan pencemar, menjaga stabilitas pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai, menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan, dan pembesaran berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung, dan fauna lain. Jenis ikan yang menggunakan mangrove sebagai tempat berkembang biak dan membesarkan anak masih banyak ditangkap oleh nelayan di tepian pantai maupun di lepas pantai dengan nilai ekonomi yang tinggi. Mangrove merupakan area pembibitan yan penting bagi udang dan kepiting komersial. Kawasan mangrove sangat diperlukan untuk perikanan pantai di daerah tropik. Habitat ini merupakan tempat persembunyian utama dan tempat mencari makan berbagai ikan dan kerang komersial yang penting. Pembabatan mangrove dapat menyebabkan hancurnya perikanan pantai secara permanen, sehingga harus ada perhatian khusus untuk membentuk hutan mangrove. Hal ini diperkuat oleh Setyawan dan Kusumo (2006) yang menyatakan bahwa  ikan yang menggunakan mangrove sebagai habitat tetap relatif terbatas, namun sejumlah besar ikan dan spesies laut menggunakan mangrove sebagai tempat berkembangbiak dan membesarkan anak. Ikan-ikan ini banyak ditangkap nelayan di tepian pantai maupun di lepas pantai dengan nilai ekonomi tinggi.
Perbaikan dan pembangunan ekologi perairan di suatu wilayah perairan harus tetap dilakukan dan diberikan perhatian khusus agar terciptanya upaya kegiatan penangkapan ikan yang lestari dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang. Dalam hal ini perbaikan dan pembangunan ekologi perairan di suatu wilayah perairan melibatkan masyarakat dan pihak-pihak yang berwenang dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung perairan yang akan berdampak pada terciptanya ruang ekologi yang memugkinkan bertambahnya stok ikan yang nantinya akan bisa dimanfaatkan dalam kegiatan penagkapan. Pelibatan masyarakat ini harus didasarkan pada kekuatan cinta bahari, sehingga upaya perbaikan ekosistem dapat berjalan dengan baik dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang baru untuk masyarakat sekitar wilayah pesisir. Hal ini diperkuat oleh McClenachan dalam Romadhon (2014) yang menyatakan bahwa Perbaikan ekosistem perairan dengan melibatkan masyarakat, mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya dukung perairan yang akan berdampak pada terciptanya ruang ekologi yang memungkinkan bertambahnya stok ikan.


DAFTAR PUSTAKA

Helmi, Alfian dan Arif Satria. 2012. Strategi Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan Ekologis. Makara, Sosial Humaniora. 16 (1) : 68-78.

Romadhon, Agus. 2014. Strategi Konservasi Pulau Kecil melalui Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Gili Labak, Sumenep). Jurnal Kelautan. 7 (2) : 86-93.

Runtuboi, Ferawati. Farida Aprilia Loinenak. Fanny Fransina Simataw. Yehiel Hendry Dasmasela. 2015. Analisis Ekologi Perikanan sebagai Indikator Kerentanan Nelayan Asli Papua Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). 20 (3) : 213-222.

Setyawan, Ahmad Dwi dan Kusumo Winarno. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Biodiversitas. 7 (3) : 282-291.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar